0

mengakhiri hidup dengan sebuah puisi

Rabu, 04 Desember 2013
Share this Article on :

Mengakhiri Hidup dengan Sebuah Puisi

1343373372411905338
Kematian dan kehidupan, saya kira adalah misteri terbesar bagi manusia. Sejarah peradaban manusia membuktikan hal ini. Manusia senantiasa mencari jawaban atas peristiwa kehidupan dan peristiwa kematian. Semua bangsa dalam perkembangan peradapannya mempunyai tradisi tersendiri tentang kematian ini selama beribu bahkan mungkin berjuta tahun. Tradisi dan pemaknaan tentang kematian terus berkembang misalnya melalui pemahaman yang disampaikan melalui agama. Tidak berhenti sampai di situ, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pemaknaan tentang kehidupan dan kematian terus berkembang sampai saat ini.
134337350067615614
Meskipun berasal dari budaya dan tradisi yang sama, belum tentu atau bahkan hampir pasti dua orang akan memiliki pengertian dan pemaknaan yang berbeda tentang sebuah peristiwa kematian. Saya tidak akan berbicara tentang makna kematian karena makna kematian adalah sesuatu yang sangat pribadi. Saya hanya akan berbagi sebuah buku yang menurut saya sangat menarik.
Buku ini sangat menarik karena berisi tentang makna kematian yang sangat pribadi tersebut, yang diungkapkan oleh para pelakunya sendiri dalam bentuk puisi dan haiku. Menurut saya ini adalah sesuatu yang sangat unik karena puisi-puisi dalam buku ini ditulis sesaat atau menjelang kematian penulisnya.
1343373569228479705
Judul buku setebal 366 halaman ini adalah “Japanese Death Poems” atau “Puisi Kematian Jepang” dengan sebuah keterangan “ditulis oleh para pendeta Zen dan penyair haiku diambang kematian mereka”. Buku ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah pengantar tentang puisi dan berbagai tradisi khususnya tradisi kematian di Jepang. Bagian kedua berisi puisi-puisi kematian yang ditulis oleh para pendeta Zen. Sedangkan bagian ketiga berisi haiku atau puisi tiga baris Jepang dari 320 penyair. Buku ini diedit oleh Yoel Hoffmann dan diterbitkan oleh Tuttle Publishing pada tahun 1986. Di Indonesia buku ini didistribusikan oleh PT Java Books Indonesia.
Menulis surat wasiat sebelum meninggal cukup lazim di berbagai budaya termasuk di Jepang. Namun ada tradisi tambahan selain menulis surat wasiat yaitu menulis jesei atau puisi perpisahan dengan kehidupan.
Setiap puisi dalam buku ini diberi keterangan tentang penulisnya, waktu dia meninggal, dan kadang ada tambahan keterangan bagaimana dia meninggal, atau keterangan tambahan lain tentang puisi atau haiku itu sendiri. Puisi atau haiku bahasa Jepang-nya disertakan kemudian diikuti terjemahan bahasa Inggris-nya. Berikut salah satu contoh haiku dari buku ini.
Jakura
Meninggal pada hari kelima bulan Juni, 1906 pada usia 59.
Mitaki kana
Kotoshi no hasu wa
Kano kishi ni.
This year I want
To see the lotus
On the other side.
Tahun ini aku
Berhasrat melihat bunga teratai
Di sisi lain.
13433736831488238003
Di bawah puisi ini diberi keterangan bahwa Jakura membacakan puisinya di suatu petang, lalu dia hendak mengambil kuas untuk menulisnya. Namun dia tak kuat lagi dan meninggal dunia, meninggalkan selembar kertas kosong di samping tempat tidurnya.
———————————-
Foto-foto ilustrasi adalah dokumen pribadi. Meskipun bukan bagian dari WPC 14 namun saya banyak belajar memotret dari teman-teman yang tergabung dalam Kampret. Selamat menikmati foto-foto WPC 14.
13433738281972794594
 


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar